Halaman

Selasa, 16 November 2010

Untukmu Sultan Thaha

2Kami telah terucap
Jiwa merdeka membara
Sikap tak menyerah atas koloni
Tegak dalam kebenaran
Mengaliri semangat patriot muda

Monumen Sultan Thaha Syaifuddin di Lapangan Kantor Gubernur Provinsi Jambi berdiri kokoh, layaknya perjuangan beliau membela tanah air yang tak dapat digentarkan oleh apapun.


Tertoreh darah dan air mata
Terus alirkan gendering pantang mundur
Dengungkan semangat juang
Menitis jiwa-jiwa mereka

Esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti..

Alam menjadi mengahantar kepergian Sultan menghadap Sang Khalik. Bumi bergetar seolah tak yakin akan kepergiannya. Ibu pertiwi tersenyum bangga memangku jasad putra bangsa dengan berbalut kepasrahan atas pengabdian, ketulusan dan kegigihan serta tekad kejuangannya.
Ragamu boleh sirna menyatu ke asal, tetapi jiwamu, tekadmu, kejantanan dan nilai kejuanganmu akan tetap terselempang di dada anak bangsa.

Kompleks makam Sultan Thaha di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi

Makam Sultan Thaha Syaifuddin
 

Esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti..

Perjuangan dan nilai kejuangan Sultan Thaha diakui negara. Terpatrilah gelar pahlawan Nasional pada sosok Sultan Thaha sebagaimana tertera dalam Surat Keputusan Presiden RI tanggal 24 Oktober 1977 Nomor 079/TK/1977S

Raden Thaha Djayadiningrat dinobatkan sebagai Sultan

Sultan Thaha Syaifuddin adalah putra Sultan Muhammad Fachruddin, yang bila dititi ke atas silsilahnya bermoyangkan Orang Kayo Hitam, anak Akhmad Salim gelar Datuk Paduko Berhalo dengan Putri Selaro Pinang Masak.
Pulau Berhala, tempat makam Datuk Paduko Berhalo yang juga merupakan moyang Sultan Thaha

Sultan Thaha Syaifuddin lahir tahun 1816 di lungkungan istana Tanah Pilih Kampung Gedang kerajaan Jambi. Nama kecilnya adalah Raden Thaha Djayadiningrat yang sekembalinya berpergian dari Aceh Serambi Mekkah mendapat tambahan nama Syaifuddin (pedang agama) dari Sultan Aceh. Gelar ini tetap melekat hingga tidak terdengar panggilan Thaha Ningrat tetap Raden Thaha Syaifuddin.
Kemampuan dan kepemimpinan Raden Thaha Syaifuddin tampak ketika ia diutus ayahanda berkelana ke negeri seberang, menghimpun dan mempererat tali persahabatan terutama dalam menggalang kekuatan untuk menghadapi ekspansi kekuasaan kolonialisme Belanda. Persahabatan dengan negara jiran seperti Johor, Malaka, dan perwakilan Turki di Singapura sangat memberi arti bagi perjuangan ketika Sultan Thaha Syaifuddin mengangkat senjata melawan Belanda.
Ketika Ayahanda beliau Sultan Muhammad Fachruddin wafat pada tahun 1841 digantikan pamannya bergelar Sultan Abdurrahman Nasruddin. Raden Thaha Syaifuddin menjabat sebagai Perdana Menteri sebagai Pangeran Ratu Jayaningrat atau disingkat Pangeran Ratu.
Ketika menjabat sebagai Perdana Menteri Sultan Thaha Syaifuddin sudah menampakkan perhatian yang besar terhadap kesejahteraan lahir batin rakyatnya. Beliau rajin mengunjungi rakyat Jambi sambil berdakwah menanamkan rasa kebagsaan “ Cinta Kepada Tanah Air Adalah Sebaian Dari Iman “.
Pada tahun 1855, dalam usianya yang relative muda yaitu 39 tahun, beliau dinobatkan sebagai SULTAN.

Pahlawan Nasional Sultan Thaha Syaifuddin (1816 – 1904)

Pahlawan Nasional
Sultan Thaha Syaifuddin
1816 – 1904



Sultan Thaha Syaifuddin, seorang pahlawan Nasional yang lahir di Jambi pada tahun 1816. Merupakan sosok yang tak pernah gentar dalam membela tanah air. Secara tegas dan berani beliau menyatakan penolakan terhadap kekuasaan pemerintah Belanda. Pada tahun 1855, Beliau mengadakan penyerangan kembali ke Batang Asai sehingga mampu melumpuhkan pertahanan Belanda.
Pada tahun 1858, Sultan Thaha bersama rakyat Jambi berhasil menenggelamkan kapal Hotman milik Belanda. Kepandaian dan kecakapan Sultan Thaha, ditambah lagi hubungan baik dengan banyak pihak membuat Beliau dengan mudah menjalin kerjasama dengan negara-negara lain seperti Turki, Amerika, Inggris untuk memperoleh bantuan senjata dan amunisi yang dimanfaatkan dalam penyerangan melawan Belanda.
Masa perlawanan terhadap Belanda di bawah kepemimpinan Sultan Thaha berlangsung selama lebih 46 tahun. Beliau wafat pada tahun 1904 dalam pertempuran melawan tentara Belanda di Betung Bedarah, Muaro Tebo, Provinsi Jambi. Sampai akhir hayatnya, perjuangan Sultan Thaha tidak pernah dapat dipatahkan.

Tentang Blogger

Nama                          :               Rts. Ovvy Faspi
Tempat, tanggal lahir    :               Jambi, 7 September 1993
Pekerjaan                    :               Pelajar
E-mail                         :               vee_aichaku@yahoo.com
                                                                Atau
                                                  STS.pahlawannasionaljambi@ymail.com



                Blogger yang pada tahun 2010 ini genap berusia 17 tahun adalah ci-cit langsung dari Sultan Thaha Syaifuddin. Dan juga merupakan cucu terakhir R. Inu Kertopati ( Residen Jambi tahun 1945-1950 ), anak dari Sultan Thaha Syaifuddin dengan istri yang bernama Siti Aminah Ayu Pipit.
                Terinspirasi membuat blog ini, dimulai dari keisengan googling mencari informasi mengenai Sultan Thaha. Namun sayangnya, hanya sedikti informasi yang bisa didapat dari search enginee sebesar google. Dan juga sebagai bentuk perhatian terhadap sejarah Jambi, khususnya Pahlawan Nasional Sultan Thaha yang tampaknya dewasa ini agak terlupakan oleh rakyat-rakyat Jambi.
                Bagi para pembaca yang ingin mengertahui lebih banyak informasi dan bukti perjuangan Sultan Thaha Syaifuddin, dapat menghubungi email diatas. Atau langsung menghubungi KELUARGA BESAR / AHLI WARIS
SULTAN THAHA SYAIFUDDIN
PAHLAWAN NASIONAL JAMBI
Alamat : Jl. DR. Siwabessy 25 Rt 09 Kel. Buluran Kenali, Kec. Telanaipura,
Kota Jambi. Kode pos 36123
Telp. (0741) 66092   HP. 085266594940
Dimohon pula kritik dan saran dari semua pembaca demi perbaikan blog ini.
Terima kasih.