Halaman

Selasa, 16 November 2010

Raden Thaha Djayadiningrat dinobatkan sebagai Sultan

Sultan Thaha Syaifuddin adalah putra Sultan Muhammad Fachruddin, yang bila dititi ke atas silsilahnya bermoyangkan Orang Kayo Hitam, anak Akhmad Salim gelar Datuk Paduko Berhalo dengan Putri Selaro Pinang Masak.
Pulau Berhala, tempat makam Datuk Paduko Berhalo yang juga merupakan moyang Sultan Thaha

Sultan Thaha Syaifuddin lahir tahun 1816 di lungkungan istana Tanah Pilih Kampung Gedang kerajaan Jambi. Nama kecilnya adalah Raden Thaha Djayadiningrat yang sekembalinya berpergian dari Aceh Serambi Mekkah mendapat tambahan nama Syaifuddin (pedang agama) dari Sultan Aceh. Gelar ini tetap melekat hingga tidak terdengar panggilan Thaha Ningrat tetap Raden Thaha Syaifuddin.
Kemampuan dan kepemimpinan Raden Thaha Syaifuddin tampak ketika ia diutus ayahanda berkelana ke negeri seberang, menghimpun dan mempererat tali persahabatan terutama dalam menggalang kekuatan untuk menghadapi ekspansi kekuasaan kolonialisme Belanda. Persahabatan dengan negara jiran seperti Johor, Malaka, dan perwakilan Turki di Singapura sangat memberi arti bagi perjuangan ketika Sultan Thaha Syaifuddin mengangkat senjata melawan Belanda.
Ketika Ayahanda beliau Sultan Muhammad Fachruddin wafat pada tahun 1841 digantikan pamannya bergelar Sultan Abdurrahman Nasruddin. Raden Thaha Syaifuddin menjabat sebagai Perdana Menteri sebagai Pangeran Ratu Jayaningrat atau disingkat Pangeran Ratu.
Ketika menjabat sebagai Perdana Menteri Sultan Thaha Syaifuddin sudah menampakkan perhatian yang besar terhadap kesejahteraan lahir batin rakyatnya. Beliau rajin mengunjungi rakyat Jambi sambil berdakwah menanamkan rasa kebagsaan “ Cinta Kepada Tanah Air Adalah Sebaian Dari Iman “.
Pada tahun 1855, dalam usianya yang relative muda yaitu 39 tahun, beliau dinobatkan sebagai SULTAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar